Sejak semua serba digital, rating dari konsumen sangat mempengaruhi performa entah produk dari suatu brand atau toko online.
Baru aja pak suami cerita kalau komplainnya ditanggapi setelah ngasih rating bintang satu dari suatu layanan online. Nggak sekali ini aja sih. Bulan lalu pak suami juga pernah mengalami hal yang sama. Komplain ditanggapi setelah ngasih bintang satu ke toko online ternama di Qatar.
Widiw, mereka yang buka jasa online di Qatar sangat takut dengan rating jelek. Banyaknya rating jelek bisa-bisa bikin usahanya ditutup. Pemerintah sini memang ketat menaruh perhatian terhadap kepuasan pelanggan.
Di ranah belanja online ada tagline yang cukup terkenal berbunyi,
'Biarkan bintang yang bicara.'
Sebagai konsumen yang sering belanja online, jujur aja rating sangat mempengaruhi saya dalam membeli suatu produk atau hanya untuk ngecek suatu toko. Wajar karena semakin banyak orang memberikan rating bagus berarti produk atau pelayanannya juga bagus sehingga banyak konsumen yang puas.
Begitu pula saat saya pesan transportasi online. Dengan melihat bintangnya, kita bisa tahu kualitas si driver. Saya pernah dapat driver taksi online bintang tiga. Mau batalin orderan kok kasihan. Benar aja, gaya nyopirnya bikin dagdigdug sepanjang jalan. Pas dia nyalip di jalan tol sampai bikin saya tahan napas. Kalau dia ngerem, saya juga ikutan ngerem. Hahaha. Dalam hati saya, pantesan si mas-nya cuma bintang tiga.
Sebaliknya, para driver online juga tahu kita customer dengan bintang berapa. Di app milik driver customer pun ada ratingnya. Kalau bintang kita jelek, bisa jadi driver tersebut agak ogah-ogahan.
Btw saya tahu ini dari Twitter. Jadi waktu itu ada driver online yang melayani customer dengan rating jelek. Ternyata customer tersebut baik sama dia, nggak seperti ratingnya.
Nah, sebenarnya di dunia offline ada juga lho rating bintang ini. Semakin tinggi bintangnya maka semakin dihormati atau semakin berkuasa. Yak, yang punya bintang adalah mereka yang bekerja di dunia militer. Semakin banyak pangkat bintang yang tersemat di bajunya menunjukkan bahwa dia orang yang berkuasa.
Ketika masyarakat melihat jumlah bintang di baju seragamnya jadi tahu kalau dia pejabat dengan gelar apa. Bisa Komjen, Mayjend, Brigjend, dll. Semakin banyak bintang di bajunya biasanya banyak pula masyarakat yang segan terhadapnya.
Btw kalau saya pangkatnya cukup Tengjend alias tetangga Jenderal. Hahaha.*canda
Saya jadi punya pikiran random, nih. Seandainya kita semua mulai dari pejabat sampai masyarakat biasa dikasih rating jadinya gimana ya? Jadi kita bisa tahu rating presiden, perdana menteri, menteri, guru, dosen, mahasiswa, bos, dan karyawan. Bahkan suami, istri, ibu rumah tangga, dan anak semua dikasih rating.😆
Nah, rating perorangan ini bisa disematkan di ID card atau muncul saat kita simpan nomer kontak seseorang.
Wah, seru kali ya kalau kayak gini. Kalau mau berurusan sama seseorang, kita bisa lihat dulu rating bintangnya. Misal, kalau ratingnya bagus, bisnis bisa dilanjutkan. Tapi kalau ratingnya jelek, kita harus waspada mau lanjut bisnis apa enggak.
Manfaat lainnya, rating individu bisa untuk acuan HRD menerima seseorang jadi karyawan atau enggak. Eh, rating ini bisa juga untuk patokan teman-teman buat nyari pacar atau jodoh. Meski nggak semua rating jelek berarti kepribadiannya juga jelek. Kan ini hanya salah satu acuan.
Hahahaha, pikiran saya emang rada-rada ya. Nggak tahu nih sejak tinggal di Qatar yang panas, otak saya ikutan panas.😂
Jangan lupa bintangnya, Kakak.
No comments