Saat tulisan ini tayang, kemungkinan besar saya dalam perjalanan dari Jepang ke Indonesia. Perjalanan ini bukan untuk liburan namun saya dan suami memilih pulang ke rumah, rehat sejenak.
Keputusan untuk kembali ke Indonesia tentu tidak mudah. Kami melalui banyak diskusi dan perdebatan yang akhirnya bermuara ke satu tujuan, kami ingin istirahat dulu.
Memang, keputusan ini tidak diduga. Ketika saya pamit dengan teman-teman yang ada di sini, mereka semua kaget. Saya sendiri juga nggak percaya dan shock dengan ini semua. Mengingat masa tinggal di visa masih sisa 2 tahun dan pekerjaan di Jepang juga baik-baik saja. Bahkan suami saya mendapat penawaran akan diikutkan ke proyek yang lain. Jadi saya benar-benar tidak siap jika harus pulang dalam waktu dekat. Apalagi memikirkan packing yang cepat.
Saat menulis ini, seolah-olah saya melihat kembali video kehidupan selama di Jepang. Memori saya mengingat satu per satu peristiwa yang telah terjadi. Saat saya dan keluarga tiba di Haneda, jalan-jalan di berbagai tempat, bermain di taman, bertemu orang baru, ngobrol bareng teman, serta dilihatin orang di bus dan kereta karena anak saya menangis.
Semua berkesan. Semua seru. Semua sangat mengasyikkan.
Saat menulis ini, seolah-olah saya melihat kembali video kehidupan selama di Jepang. Memori saya mengingat satu per satu peristiwa yang telah terjadi. Saat saya dan keluarga tiba di Haneda, jalan-jalan di berbagai tempat, bermain di taman, bertemu orang baru, ngobrol bareng teman, serta dilihatin orang di bus dan kereta karena anak saya menangis.
Semua berkesan. Semua seru. Semua sangat mengasyikkan.
Jika mengingat lagi ke belakang, saya senang tinggal di Jepang karena ini adalah impian sejak saya masih sekolah. Impian yang membawa saya pada kenyataan bahwa tinggal di sini tidak mudah. Hidup di Jepang keras, Kawan!
Saya tiba di Jepang bulan April. Tinggal di Jepang bersama bayi membuat saya sedikit stres. Saya terlalu banyak memikirkan hal-hal secara detail tentang anak saya. Padahal ketika dijalani semuanya berjalan dengan baik meski ada beberapa yang membuat saya kurang nyaman.
Saya termasuk orang yang susah beradaptasi dengan lingkungan baru. Butuh waktu sekitar 5 atau 6 bulan supaya saya merasa nyaman. Akhirnya saya sadar bahwa kewarasan seorang ibu di rumah akan berdampak pada kebahagiaan keluarga. Pelan-pelan saya bangkit dan alhamdulillah bisa bertahan sampai sekarang, haha.
Ketika sedang betah-betahnya tinggal di Jepang, ternyata saya harus pulang. Saya kaget dengan kenyataan tersebut lalu badan saya bereaksi. Seminggu setelah keputusan dibuat, saya sakit.
Saya sempat berpikir kadang Tuhan suka bercanda sama saya. Tuhan suka membuat kejutan untuk saya. Satu-satunya cara supaya saya bisa menikmati kejutan dari-Nya, jalani saja dengan baik. Terima semuanya dengan ikhlas. Mungkin ini yang terbaik bagi kami.
Saya dan keluarga tentu melepaskan beberapa kenyamanan selama tinggal di Jepang yang belum tentu ada di Indonesia. Di sisi lain, kami juga akan menemukan keseruan di Indonesia yang belum tentu ada di Jepang.
Yah, hidup adalah pilihan. Ketika kami memilih untuk istirahat sejenak mungkin nantinya kami tidak benar-benar istirahat. Bisa jadi kehidupan di Indonesia lebih keras. Terutama di Jakarta dan sekitarnya. Kami akan menjalani ritme kehidupan yang berbeda dari sebelumnya. Belum lagi jika mengingat peer pressure yang cukup tinggi di Indonesia. Kata banyak orang, menjadi orangtua di kota besar banyak tekanannya. Ah, kami akan memulai episode baru sebagai orangtua di Indonesia.
Banyak sekali harapan yang kami panjatkan ketika pulang nanti.
Semoga kami bisa terjun ke masyarakat dengan baik. Semoga anak saya bisa beradaptasi dengan suasana di Indonesia yang lebih berwarna, haha. Dan semoga anak saya tidak takut ketika mendengar azan. Iya, saya sedih melihat dia takut mendengar suara azan saat video call dengan keluarga di Indonesia.
Satu lagi, semoga kami selalu diberikan kesehatan supaya bisa jajan di sana-sini.
Hai bakso, mie ayam, es cendol, soto, tempe, sambal, petai, jengkol, gendar, singkong, gethuk, jamu, durian, oncom, nasi liwet, nasi uduk, nasi padang, abang siomay, tukang pijat, abang gojek. I miss you, really really miss you, hahahaha.
Terima kasih Jepang untuk semua kenangan dan pengalaman yang luar biasa selama kami tinggal di sini. Terima kasih telah mengajarkan saya untuk lebih banyak bersyukur, menghargai hal-hal kecil, menghormati perbedaan, dan pantang menyerah. Saya tidak akan pernah lupa.
Semoga saya dan keluarga bisa kembali lagi dengan keadaan yang lebih baik. Jika ada kesempatan, insyaallah kami siap berpetualang lagi di sini. Aamiin.
Semoga saya dan keluarga bisa kembali lagi dengan keadaan yang lebih baik. Jika ada kesempatan, insyaallah kami siap berpetualang lagi di sini. Aamiin.
Sayonara.^_^
Kannai,
Saat menjelang pagi
PS: Buat teman-teman blogger, maaf ya kalau nantinya saya jarang update atau blogwalking karena saya sibuk beres-beres rumah.
Ok mbak, memang tidak mudah untuk beradaptasi di tempat baru apalagi di luar negeri seperti Jepang. Tapi jika kembali ke Indonesia,insya Allah tidak terlalu lama adaptasinya, kan negara sendiri.
ReplyDeleteOk mbak, santai aja, blog walking kalo ada waktu saja, yang penting pekerjaan rumah beres dulu, keluarga utama...😃😃😃
Saya dan suami insyaallah mudah beradaptasi di Indonesia. Cuma anak saya masih agak kaget dengan perubahan cuaca dan lingkungan, hehe.
DeleteAhsiyaaappp, terima kasih untuk pengertiannya.
Iya ya, kadang yang kasihan itu anak, mereka jadi perlu beradaptasi lagi dengan lingkungan baru.
DeleteSekarang sudah ada di Indonesia belum mbak?
Saya sudah di Indonesia, Mas.
DeleteWaaah mba akhirnya pulang for good ke Indonesia? 😲
ReplyDeletePerasaan baru kemarin saya baca cerita mba pergi ke bank untuk urus uang tunjangan dari pemerintah. Huhu pasti kaget banget ya mba. Tapi saya doakan, semoga keputusan ini yang terbaik dan di Indonesia mba bisa hidup sehat, bahagia dan sejahtera 😍
Welcome home, mbaaaa 😁
Iya, Mba, saya ngikut suami aja deh. Untuk sementara, mungkin ini memang yang terbaik.
DeleteTerima kasih ya mba untuk doa dan welcomingnya.
Selamat datang kembali di rumah tanah air Mbaa (:
ReplyDeleteBukan keputusan yang mudah ya Mba untuk menata hidup lagi meskipun di negara sendiri. Tapi pasti semuanya akan lebih baik lagi untuk sekeluarga. Semoga anak-anak bisa cepat beradaptasi di sini ya.
Terima kasih, Mba Jane. Iya, meski di negeri sendiri tapi tetap menata ulang lagi kayak dari nol.
DeleteWelcome Home, Mbak Pipit.
ReplyDeleteMeski pun bukan keputusan yang mudah pada akhirnya apa yang menjadi kehendak Allah pastinya yang terbaik buat kita dan pasti ada hal baik di balik hal tersebut.
Semoga hari-harinya menyenangkan, salam buat si kecil ya Mbak.... *bigkiss&hug*
Terima kasih, Mba Hanila.
DeleteIya, betul. Setelah dipikir, saat ini memang ini keputusan yang terbaik.
Salam kembali dari sinok, tante.:))
Welcome back to Indonesia, mba 😁
ReplyDeleteAnak kita sama mba, takut sama suara adzan. Tapi belakangan ini udah mulai agak cuek, udah mulai ngerti kayaknya, mungkin karena belum biasa mba (lah, anak saya yang udah biasa denger aja masih takut)😂
Terima kasih, Mba Rini.
DeleteWaktu awal-awal di Indonesia, anak saya memang agak takut waktu mendengar adzan. Tapi sekarang udah enggak lagi. Kalau dengar adzan, malah dia bilang 'azam owat' hehehe.
selamat datang ke rumah kembali mba pipit.
ReplyDeletesuatu keputusan yang berat pastinya ya, disaat lagi semangat-semangatnya stay di sana,dan untuk sementara balik lagi ke indo.
bisa jadi sarana juga untuk mengenalkan si kecil dengan kebiasaan warga Indo yang mungkin belum ditemui di Jepang ya mba