Postingan ini saya buat karena geli mendengar cerita pak suami. Biar enak, teman pak suami disebut Pak Hamdan aja, ya. Ini nama samaran, kok.
Jadi gini,
Pak Hamdan baru pertama kali dinas ke Jepang. Dia orangnya sangat islami. Hal ini kelihatan dari penampilannya sehari-sehari yang akhi banget.
Saya dan pak suami pernah ngajak belanja bareng. Kami ketemuan di tempat belanja favorit di Jepang yaitu Gyomu Super. Di Gyomu Super ada halal corner meski nggak banyak. Produk halal tersebut kebanyakan dari Thailand, Malaysia, dan Vietnam. Selain itu juga ada daging ayam halal dari Brazil. Nah, selama belanja pak suami nunjukin makanan yang halal dan oke bagi muslim. Beberapa makanan nggak ada logo halalnya tapi aman bagi muslim. Hal ini bisa diketahui dari web atau media sosial yang banyak memberikan informasi tentang makanan halal di Jepang.
Baca juga: web halal di Jepang
Dari nemenin belanja tersebut, saya tahu kalau Pak Hamdan belanja makanan yang ada logo halalnya. Ya nggak apa-apa, sih. Kalau nggak ada logo halal, beliau cuma lihat aja meski udah dikasih tahu kalau makanan tersebut aman bagi muslim dari referensi tadi.
Selain belanja di Gyomu Super, ada tempat belanja yang menjual bumbu dari Asia Tenggara. Tempat belanja ini banyak juga menjual makanan halal.
Pada suatu hari (ceilah) pak suami cerita kalau Pak Hamdan habis dimarahi pegawai toko tersebut. Ceritanya Pak Hamdan mau beli beras. Maklumlah, beras di Jepang semuanya tulisan Jepang dan nggak ada logo halalnya. Pak suami tahunya cuma beli beras yang paling murah. Haha.
Nah, Pak Hamdan nanya ke pegawainya. Maklumlah, kalau dia beli makanan sebisa mungkin ada logo halalnya. Cuma beli ikan, sayuran, dan buah aja yang nggak dilihat label halalnya.
Kira-kira gini percakapan mereka kalau diartikan ke bahasa Indonesia *sotoy ngawur haha
Kira-kira gini percakapan mereka kalau diartikan ke bahasa Indonesia *sotoy ngawur haha
'Mas, di sini ada beras yang halal, nggak?'
Pegawainya kaget dengan pertanyaan Pak Hamdan dan kelihatan sewot. Terus bilang gini ke Pak Hamdan,
'Saya tahu kamu muslim. Tapi ya apa perlu beras ada logo halalnya? Kan itu dari tanaman.'
Pak Hamdan nggak nyangka bakal mendapat jawaban seperti ini. Pak Hamdan terdiam. Lalu dia pun membeli beras di toko tersebut.
Cerita ini membuat saya jadi mikir. Memang sih Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Kalau mau beli makanan nggak perlu nanya halal atau enggak karena memang kenyataannya banyak yang halal. Tapi saking percayanya masyarakat pada penjual kadang kita abai dengan label halal di beberapa tukang jajan. Misalnya saja tukang bakso, mie ayam, abang siomay, dll. Bukan nggak mungkin kalau dagangan mereka bisa saja mengandung bahan yang diharamkan tapi kita nggak tahu saking sudah biasanya dengan keamanan halal di negeri sendiri.
Jadi, kalau misal ada penjual bakso yang mencampur dengan daging babi baru jadi berita heboh. Bener, kan?
Pemikiran pedagang kan mau nyari untung yang lebih. Toh, masyarakat juga nggak tahu perbedaan daging yang halal dan haram kalau sudah jadi makanan.
Itu soal daging.
Tapi kalau beras gimana?
Setahu saya, beras di Indonesia juga banyak yang nggak ada label halalnya. Apa mungkin sudah ada beras yang berlabel halal? Nah, kalau di negeri sendiri aja beras nggak ada label halalnya dan jelas-jelas berasal dari tanaman, kenapa masih ditanyakan lagi tentang beras yang akan dibeli halal atau enggak.
Berkaca dari pengalaman Pak Hamdan, sebagai muslim sebaiknya kita lebih bijaksana meski tinggal di negara non muslim. Jangan terlalu parno terhadap sesuatu. Kalau asalnya dari sesuatu yang halal kenapa mesti ragu?
Ini hanya sekadar sharing, ya.^^
Cerita ini membuat saya jadi mikir. Memang sih Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia. Kalau mau beli makanan nggak perlu nanya halal atau enggak karena memang kenyataannya banyak yang halal. Tapi saking percayanya masyarakat pada penjual kadang kita abai dengan label halal di beberapa tukang jajan. Misalnya saja tukang bakso, mie ayam, abang siomay, dll. Bukan nggak mungkin kalau dagangan mereka bisa saja mengandung bahan yang diharamkan tapi kita nggak tahu saking sudah biasanya dengan keamanan halal di negeri sendiri.
Jadi, kalau misal ada penjual bakso yang mencampur dengan daging babi baru jadi berita heboh. Bener, kan?
Pemikiran pedagang kan mau nyari untung yang lebih. Toh, masyarakat juga nggak tahu perbedaan daging yang halal dan haram kalau sudah jadi makanan.
Itu soal daging.
Tapi kalau beras gimana?
Setahu saya, beras di Indonesia juga banyak yang nggak ada label halalnya. Apa mungkin sudah ada beras yang berlabel halal? Nah, kalau di negeri sendiri aja beras nggak ada label halalnya dan jelas-jelas berasal dari tanaman, kenapa masih ditanyakan lagi tentang beras yang akan dibeli halal atau enggak.
Berkaca dari pengalaman Pak Hamdan, sebagai muslim sebaiknya kita lebih bijaksana meski tinggal di negara non muslim. Jangan terlalu parno terhadap sesuatu. Kalau asalnya dari sesuatu yang halal kenapa mesti ragu?
Ini hanya sekadar sharing, ya.^^
No comments