Oia, postingan ini bakal panjang karena saya mau cerita detail keseruan bisnis jasa titip dari luar negeri, khususnya Jepang. Eh btw, ini jadi branding saya nggak sih karena posting mulu soal Jepang.^-^
Menjalankan bisnis jasa titip emang seru sih. Bagi yang baru menjalankan bisnis jastip, kudu sabar ya. Saya udah pernah ngerasain ini. Tapi sekarang udah nggak bisnis jastip lagi karena saya menjalankan jastip hanya sementara. Kadang saya kangen ama serunya bisnis jasa titip karena untungnya lumayan, hahahaha.
Memulai bisnis jastip sebenarnya nggak sengaja sih. Yang mulai duluan pak suami. Waktu itu pak suami dinas di Jepang sendirian selama 3 bulan. Waktu saya belum nyusul, dia pulang kerja malah kesepian. Bengong aja gitu di apartemen. Nah, daripada kebanyakan bengong, dia punya ide buka jastip. Dengan membuka jasa titip kayak gini, pulang kerja setidaknya ada kegiatan hunting barang di dekat apartemen. Jadi kalau pulang ke apartemen bisa langsung istirahat. Seringnya pak suami hunting barang saat weekend karena weekday dia kerja. Jadi kalau weekend nggak galau mau ke mana. Selain itu biar lebih leluasa huntingnya.
Awalnya pak suami buka penawaran di Kaskus. Lalu minta bantuan saya untuk promoin di Facebook. Responnya cukup lumayan karena Jepang terkenal dengan barang-barangnya yang lucu dan unik. Pembeli kebanyakan nitip pernak-pernik lucu kayak gelas sake, hiasan rumah, furoshiki, Kit Kat green tea, dll. Fyi, waktu itu Kit Kat green tea belum segampang sekarang buat mendapatkannya. Kalaupun ada, harganya mahal banget.
Selama menjalankan bisnis jastip, banyak sekali hal-hal yang diperhatikan. Di sini, saya akan cerita dari sisi penjual ya, karena memang pengalaman ini yang akan saya bagikan.
Bisnis jasa titip termasuk susah-susah gampang. Susah karena banyak hal yang diperhatikan dan dipertimbangkan mengingat saat itu yang kami jual adalah barang dari luar negeri. Hal ini tentu akan berdampak pada transport saat hunting yang akan berdampak pada harga jual dan bagasi saat balik nanti.
Bisnis jastip bisa dikatakan gampang, sebenarnya barang yang dicari banyak, namun kadang bingung karena takut nggak sesuai seperti harapan pembeli. Entah harganya yang mahal atau motif yang kurang sesuai.
Ketika masa dinas di Jepang diperpanjang, akhirnya saya menyusul pak suami. Nah, dari sini saya bisa merasakan langsung serunya bisnis jasa titip.
Baca juga: Menyusul Suami ke Jepang
Biasanya sih, saya dan pak suami jalan-jalan saat weekend. Di saat jalan-jalan itu, kami sekalian lihat pernak-pernik lucu yang jumlahnya banyak sekali. Di samping pernak-pernik, banyak barang yang fungsional dijual di sana. Kalau ketemu barang yang sekiranya lucu atau laku dijual, ya kami foto. Lalu kami tawarkan di medsos.
Semakin mudah barang tersebut didapat maka semakin murah harganya. Mudah didapat di sini artinya, nggak butuh transport yang mahal dan barangnya memang banyak dijual. Maklumlah, kami harus mempertimbangkan transport yang biayanya juga lumayan.
Tapi ada juga permintaan yang nggak kami layani. Misalnya, ada yang minta produk dari Ghibli atau barang yang berat macam tea set. Saya dan pak suami nggak ngoyo dalam hunting barang. Kalau dirasa mudah dan nggak perlu modal banyak, kami akan usahakan cari. Kalau pembeli pengen barang dari Ghibli dan hanya dijual di museum Ghibli, kami nggak sanggup. Biaya dari Yokohama ke Tokyo kan lumayan (kami tinggal di Yokohama). Belum lagi kalau masuk museum Ghibli. Untuk tea set, sejak awal kami sudah menolak karena itu akan merepotkan. Tea set berat bok, takut bagasi nggak muat. Maklum, kami juga memikirkan barang bawaan kami yang lumayan banyak.
Pernah lho kami cancel karena ada pembeli nggak jelas maunya gimana. Dia ragu-ragu ngasih keputusan. Bodo amat dah kalau ketemu pembeli yang seperti ini.
Oia, saya pernah dititipi gotochi, kartu pos yang unik di masing-masing daerah di Jepang. Ih, lucu banget ya gotochi. Tapi berhubung saya nggak terlalu suka koleksi kartu pos ya biasa aja. Mungkin next time kalau ada kesempatan ke Jepang lagi, saya akan beli gotochi buat dikoleksi pribadi. Nah, nyari gotochi cuma ada di kantor pos besar. Waktu itu saya ada kegiatan sama ibu-ibu Jepang di sekitar stasiun Yokohama dan dibantu temen untuk beli gotochi di kantor pos. Ya, nggak enak juga sih merepotkan orang. Untungnya, waktu itu mereka juga ada perlu di kantor pos jadi ya saya manfaatkan sekalian, hahahaha.
Karena saya nggak enakan ama temen, akhirnya gotochi 3 lembar yang sekitar 50rb itu saya kasih cuma-cuma. Hhhmm, pak suami agak marah sih karena perjuangan buat mendapatkan gotochi lumayan susah. Tapi ya gimana, wong nggak enak ama temen. Padahal temen itu baru kenal di Facebook dan sok akrab sama saya. Yah, maklum saya orangnya gampang meleleh apalagi kalau sesama anggota komunitas. Duh.
Sejak itu saya bertekad untuk lebih tega menjadi penjual jasa titip, hahahahaha.
Pengalaman yang lebih seru sebenarnya dialami pak suami. Pertama, ada yang nitip jam tangan limited edition. Kedua, jastip kamera bekas.
Oke, saya ceritain ya.
#Jasa titip jam tangan limited edition
Ada pembeli yang hobi mengoleksi jam tangan limited edition. Ini adalah titipannya yang kesekian kali. Dia berkali-kali nitip jam tangan dan alhamdulillah dapet jamnya. Harganya pun sama-sama cucok.
Awalnya, permintaan itu dikira jam tangan biasa. Maklum ya, pak suami kurang paham soal jam tangan limited edition. Nah, nyari di berbagai toko jam nggak nemu. Akhirnya pembeli bilang kalau itu emang limited edition. Pak suami malah tertantang buat ngedapetin ini. Jadi dia nanya ke temennya yang asli Jepang. Dari info temen, jam tangan tersebut dijual di Yahoo Auction. Buat mendapatkannya kudu melalui bidding.
Masalahnya adalah untuk memasukkan nama di Yahoo Auction harus pakai huruf kanji. Dan semua transaksi di sana pakai bahasa Jepang, jadi pak suami nggak ngerti sama sekali. Akhirnya temennya tadi dengan baik hati menawarkan bantuan. Jadi mulai daftar Yahoo Caution, bidding, sampai bayar pakai akun temen. Pak suami cuma ngasih harga penawaran aja.
Untungnya sih jam itu dimenangkan pak suami. Nah, pas mau bayar ke temen tadi, pak suami kaget lho. Si temen ngasih laporan komplit sampai potongan CC-nya. Hebatnya lagi, dia nggak mau dibayar lebih. Bahkan sekedar ditraktir makan juga nggak mau.
Emang sih sifat orang Jepang banyak yang kayak gini. Mereka akan tulus membantu tanpa ada kepentingan apa pun. Salut banget sama temen tadi. Arigatou, Mas Bro.^_^
#Jasa titip kamera bekas
Kalau bisnis kamera bekas sebenarnya nggak sengaja dan ini baru dijalanin saat mau balik ke Indonesia. Jadi ada temen kantor pak suami yang ngajak joinan bisnis ini. Tapi sistemnya adalah pak suami beli dulu baru dijual. Sistem ini yang bikin pak suami kurang sreg karena sangat berisiko.
Selama menjalankan bisnis jastip, pak suami selalu bikin aturan pembeli harus menyerahkan DP 50% dulu baru barang dibeli. Ada uang, ada barang. Kalau barang nggak dapet, DP tersebut akan dikembalikan 100%.
Pak suami akhirnya memberanikan diri tes market dan berbisnis sendiri.
Nah, karena bisnis kamera butuh effort yang nggak gampang makanya pak suami nyoba nawarin dulu di medsosnya. Ih, nggak disangka ternyata responnya luar biasa. Kami bisa jual 3 kamera bekas lho. Dan untungnya tuh lumayan banget.
Dalam bisnis jastip kamera, pak suami lebih waspada. Maklumlah ini nominalnya gedhe dan kalau ada cacat juga akan berdampak pada hasilnya.
Hunting kamera bekas di Jepang lumayan susah. Saya pernah diajak nyari tuh. Pertama nyari di Akihabara. Dari siang sampai sore nggak dapet kamera yang diincar. Lalu malamnya kami ke Shinjuku. Akhirnya dapet sih di toko yang kecil gitu.
Oia, kamera bekas di Jepang ada gradenya dan semua dijamin kualitasnya. Barangnya juga asli Jepang makanya bisnis ini laku banget dijual di Indonesia.
Pak suami masih penasaran sama kamera bekas. Kata temennya, kamera bekas yang murah ada di salah satu distrik di Tokyo. Akhirnya H-1 sebelum balik Indonesia, dia nekat ke Tokyo sehabis kerja. Hhhmm, katanya sih di sana banyak yang jual barang bekas dan harganya lebih murah daripada di Shinjuku. Kemudian dia nyesel kenapa kok dari kemarin nggak pergi ke daerah ini aja. Hahaha.
Itu tadi pengalaman saya dan pak suami dalam berbisnis jasa titip kecil-kecilan. Kami hanya memanfaatkan waktu dan kesempatan aja. Alhamdulillah sih ini jadi pengalaman baru yang seru banget. Kami belajar tentang kesabaran, amanah, dan marketing. Bagi kami, bisnis jasa titip banyak untungnya selama kita bisa mengatur dengan baik.
Jangan semua permintaan dituruti karena itu menyangkut amanah dan kualitas barang. Oia, jangan lupakan bagasi dan bea cukai ya, biar nggak tekor-tekor amat, hahahahaha. Biar nggak dicurigai petugas, penataan barang di koper dibikin yang rapi. Barang yang sejenis baiknya dipisah. Misal ada yang di koper dan di tas.
Bisnis jastip ini kalau ditekuni bisa jadi bisnis yang menjanjikan lho. Banyak kan akun di IG yang menawarkan jastip. Omzet mereka dalam sebulan banyak banget. Emang sih bisnis ini mengutamakan amanah dan kualitas. Kalau pembeli sudah percaya maka barang apa pun yang dijual bakal laris manis. Percayalah.
Oia, saya pernah menceritakan bisnis jasa titip waktu tinggal di Jepang. Tulisan tersebut dibuat di sana namun nggak sekomplit postingan ini.
Baca juga: Membisniskan Oleh-oleh.
Kamu pernah punya pengalaman dengan bisnis jasa titip nggak?
Kesabaran, amanah, dan bisnis... memang paduan yang penting dalam jastip ya, Mbak...
ReplyDeleteBetul sekali, Mas.
DeleteWah seru juga hunting barangnya yah Piiit, semacam jadi tantangan gituuuuh. ..
ReplyDeleteAku pas nge-trip ke Korea, temenku buka jastip kosmetik sama kaos kaki lucu2 yang di emperan itu Piiiit. Katanya sih untungnya emang lumayan banget buat jajan cilok hehehe..
Beneran, Bi, mayan banget. Mayanlah bisa buat borong cilok, hahaha.
DeleteWah enak yah sekalian ke Jepang sambil punya usah jasa titip tapi adakah biaya yang harus dikeluarkan di bandara atau bea cukai, maklum belum paham he he
ReplyDeleteAlhamdulillah ga kena cukai, Mba. Pinter2nya kita menata barang biar ga dicurigai petugas, hahaha.
Deleteemang di jepang nih kreatif-kreatif
ReplyDeleteHhhmmm..
DeleteAku kok belum dapet ya ini carane bisnis jastip. Tiap pulang ke Indonesia kan kudunya bisa buat celah jasa titip, tapi kok males. Trus ngga tahu berapa biaya yang bisa ku-charge.
ReplyDeleteYo kudu diitung to, Na. Modal, transport. Terus dibandingke regomu karo rego neng olshop. Ojo kelarangen.
DeleteHok o, dirimu sebenere iso banget buka jastip tiap pulang ke Indonesia. Mayan lho, Na.
Kapan buka jastip kamera lagi mbak, pgn nitip lensa nih... Hehehe
ReplyDeleteHehehe, kapan2.
DeleteMbak, bagi tips menata koper agar ga dicurigai bea cukai donk
ReplyDeleteKalau bawa lebih dari satu koper, barangnya dipisah. Jangan ditaruh di satu tempat. Kardusnya dilipat.
DeleteMba boleh minta tips nya nata koper supaya ga dicurigai bea cukai ? 😅 Aku mau bawa beberapa belanjaan yang jenisnya sama. Thanks before 🙏
ReplyDeleteAssalamu'alaikum selamat siang, saya Poppy Fadhilah Kontributor Reporter Gensindo Sindonews.
ReplyDeleteSaya akan menulis artikel tentang jastip untuk Koran Sindo minggu depan. Saya tertarik untuk mewawancarai mbak setelah melihat tulisan ini. Saya juga sudah menghubungi mbak via email.
Apakah mbak bersedia menjadi narasumber saya? Saya tunggu balasannya secepatnya, terima kasih sebelumnya ��
Terima kasih, Mba Poppy, untuk atensinya. Sudah saya balas via email ya, Mba.😊
Delete