Kalau saya ke sana terakhir kali pas SD ikut pikniknya ibu. Iya, sepertinya sih pikniknya ibu-ibu PKK. Saat itu saya kebagian momong si bungsu, hihihi. Waduh, ternyata sudah puluhan tahun lalu. Sekarang malah si bungsu yang nyetir dan jadi andalan sewaktu jalan-jalan ke Candi Borobudur.
Ceritanya memang saya pengin banget ke sana apalagi sekarang Candi Borobudur terkenal karena Mark Zuckerberg pernah melihat sunrise di sana, ya. Sebenarnya pengin banget melihat sunrise di sana tapi nggak bisa. Ya sudahlah, yang penting piknik ke Candi Borobudur.
Saya dan keluarga berangkat dari Semarang H+3 lebaran, sekitar jam 7 pagi. Sampai di Candi Borobudur jam 10-an. Gila, mau ke pintu utamanya sudah macet banget. Jadi sewaktu sampai di perempatan yang mau ke pintu utama, ada kumpulan bapak-bapak seperti tukang ojek. Mereka menawarkan jasa penunjuk arah masuk candi (bukan pintu utama) menggunakan motor. Ya sudah, karena macet banget kami terima tawaran tersebut. Cukup bayar jasanya sebesar Rp15.000,- aja. Bapak tersebut menunjukkan jalan tikus menuju ke sana. Memang nggak macet sih tapi jalannya ada yang lumayan sempit. Dan benar saja, kami sudah sampai di pintu masuk loket 7, mobil parkir dekat pintu masuk. Lumayanlah. Nggak kebayang kalau masuk lewat pintu utama tanpa bantuan bapak tadi.
Woalaah, begitu turun dari mobil, kami langsung ditawari topi dan jasa sewa payung. Karena memang cuaca panas banget, kami pilih menyewa payung. Cuma bayar Rp5.000,- bisa pakai payung sepuasnya. Murah banget!! Tiket masuk ke candi Rp30.000,- sewaktu lebaran kemarin. Nggak tahu juga harganya kalau di hari biasa, apakah lebih murah atau enggak.
Masuk ke area candi mulai terasa ramenya. Parah ramenya!! Banyak banget orang yang piknik di sini. Saya senang sih melihat keramaian ini. Itu tandanya Candi Borobudur masih memesona wisatawan lokal. Tapi hal ini tidak berlaku untuk adik saya. Dia nggak mau naik ke candi karena panas dan rame. Dia lebih suka menonton tarian yang ada di sana.
Saya kurang tahu tarian apa namanya. Penarinya laki-laki semua. Mereka memakai topeng 'buto', karakter jahat dalam pewayangan. Penampilan mereka sebenarnya biasa saja. Tapi bunyi gemericing di kakinya membuat gerakan tari mereka semakin rame. Mereka menari mengikuti alunan gamelan yang ditabuh dan menghasilkan suara harmonis. Saya suka sekali melihatnya.
Tapi jalan-jalan kali ini ada yang membuat saya agak bingung dan jengkel. Yah, bukan apa-apa sih tapi ini juga demi kebaikan Borobudur sendiri yang sudah termasuk warisan dunia. Setidaknya hal ini bisa dibenahi agar Borobudur tetap cantik dan memesona. Malu dong kalau candi ini banyak yang rusak gara-gara ulah pengunjung yang kurang bertanggung jawab.
Ini dia hal-hal yang bikin saya bingung dan jengkel:
1. Sarungisasi
Ada plang tentang cara sarungisasi. Saya nggak tahu itu maksudnya apa. Lah, apakah kalau ke sana harus pakai sarung? Atau di mana sarungnya? Peraturan itu untuk apa? Saya mengira peraturan tersebut dibuat khusus untuk jemaat Budha yang akan berdoa di sana. Ternyata saya salah besar!
Belakangan saya tahu info soal sarungisasi tersebut dari web jalan-jalannya Mak Lusi, blogger asal Yogyakarta. Dari web tersebut dikatakan bahwa sarungisasi bertujuan untuk mengendalikan jumlah pengunjung yang membludak. Karena termasuk warisan budaya dunia yang dibiayai UNESCO, Borobudur diharapkan nggak cepat rusak karena jumlah pengunjung yang sangat banyak. Jadi ceritanya itu pengunjung yang naik ke candi sebaiknya pakai jarik yang disediakan. Jika jumlah jarik habis, ya harus antre nunggu pengunjung yang memakai jarik turun. Peraturan ini bagus sih. Tapi kenyataannya pengunjung naik ya naik aja, nggak disuruh memakai jarik/sarung yang disediakan. Bahkan, pengumuman untuk memakai jarik juga tidak ada. So, yang naik ke candi tumplek blek sampai semua tangga penuuuuh. Mereka rela ngantre naik meski cuaca panas sekalipun.
2. Merogoh dan Memanjat Stupa
Ini nih budaya orang Indonesia yang nggak baik. Meski sudah diperingatkan berkali-kalai sama petugas, tetep aja mereka merogoh stupa. Memang, masih ada beberapa orang yang beranggapan bahwa kalau mereka merogoh stupa maka keinginannya dapat terkabul. Oalaaah, pliiiis, deh! Yang ada malah patungnya pada rusak karena ulah pengunjung. Padahal petugasnya sudah teriak-teriak pakai TOA, lho.
"Dilarang merogoh stupa. Nasib Anda tidak akan berubah hanya dengan memegang stupa di Candi. Tindakan Anda hanya akan membuat patung rusak."
Masih kurang jelas? Teriakan petugas tersebut diiyakan oleh pengunjung tapi masiiiih saja ada yang berbuat yang jelas-jelas nggak boleh. Aku kudu piye jal? Dan, mirisnya lagi nih ada lho yang foto dengan memanjat dinding candi. Padahal kan dinding candi juga akan rusak kalau dipanjat seperti itu. Duh, kenapa pengunjung yang datang ke candi ini kurang berperilaku yang baik, ya.
3. Sampah
Ini juga kebiasaan yang buruk banget. Banyak juga sampah di sekitar candi yang tidak bertuan. Pengunjung seenaknya makan dan minum terus sampahnya ditinggal begitu saja. Apa susahnya sih membawa pulang sampah sendiri. Nggak usah dibawa pulang deh, di bawah juga banyak tempat sampah kok.
Dari pengalaman saya, kalau mau ke Candi Borobudur sebaiknya:
1. Jangan Datang Siang
Iya, panas bok! Lebih baik datang pagi sekalian melihat sunrise. Cara ini ditempuh dengan ikut tour atau menginap di penginapan sekitar candi. Kalau datang pas liburan, ingat semakin siang semakin rame dan macet. Kalau mau datang sore pun percuma karena nggak mungkin mengingat banyaknya pengunjung.
2. Bawa Topi dan Payung
Karena panas sebaiknya membawa pelindung biar nggak terpapar sinar matahari berlebihan. Nggak mau juga dong kalau piknik malah jadi nggak nyaman dan mukanya nanti rusak, hihihihi.
3. Memakai Pakaian yang Nyaman
Ya karena panas tadi jadi usahakan pakai baju yang nyaman dan menyerap keringat. Nggak usah pakai high heels juga.
Emang ada yang pakai high heels?
Ada, Kakaaak. Hihihihi.
Pakailah baju yang cepat menyerap keringat dan alas kaki yang nyaman. Oia, bawa tas jangan terlalu berat karena capek bawa beban berat kalau mau naik sampai puncak.
4. Tidak Membawa Senjata Tajam
Jangan membawa senjata tajam atau benda yang aneh-aneh. Karena kalau mau masuk candi, akan dilakukan pemeriksaan yang ketat. Barang bawaan akan diperiksa dengan metal detector.
5. Membawa Minum
Jangan lupa bawa minum karena hal ini sangat membantu saat haus ketika naik tangga yang curamnya minta ampun. Kalau teman-teman capek bisa istirahat sebentar dan minum, jangan dipaksakan kalau capek dan haus karena takut dehidrasi.
6. Taati Peraturan
Iya, ini jelas banget. Taatilah peraturan yang ada di situ. Kalau nggak boleh memegang stupa ya jangan dilakukan. Kalau mau foto, carilah spot yang bagus tapi nggak merusak candi. Dan, jangan membuang sampah sembarangan, ya!
Yuk ah, kita jaga warisan leluhur kita. Jangan sampai rusak dan bikin malu Indonesia. Karena kalau bukan kita yang menjaga, mau siapa lagi?
aku belum pernah ke Borobudur mbak :) hahaha
ReplyDeletejadi kangen candi borobudur,hah??ada yang pake high hils??xixixixixi...mungkin sangking membludaknya jadi langsung masuk aja g pake jarik.
ReplyDeletefiuhh, datangnya mungkin jangan pas akhir pekan kali yaa? rame pisan ngga tahaan...
ReplyDeleteTerakhir ke Borobudur sekitar tahun 2012, tapi di bawah aja gak naek ke atas, udah pernah ke atas, capek, mana tangganya curam banget, jadi di bawah aja foto-foto :D
ReplyDeleteTerakhir ke sana tahun lalu Mbak Pipit dan jarik itu beneran dipake dan dibagi sih. Tujuannya bagus ya ternyata. Buat orang-orang yang melakukan vandalisme apalagi sampe buang sampah sembarangan mah.. Gemeesssshhhh
ReplyDeleteMark datangnya subuh, nunggu matahari terbit hehehee.... Memang susah banget ya ngatur orang Indonesia, penduduknya banyak banget. Semoga pengelola makin tegas supaya nilai sejarah Borobudur bisa dipertahankan.
ReplyDeleteaku belum posting tentang jalan-jalan borobudur nih mbak, udah mau setahun :-D
ReplyDeleteaku juga terakhir ke sana pas SD mb pipit
ReplyDeletepake seragam merah putih lagi, dan banyak peserta tur yang ilang
wah, ternyata dari sebuah payung pun bisa menghasilkan duit bagi warga sekitar ya
tapi mending besok besok emang bawa sendiri sih ya heheh
lupa lagi saya terakhir ke candi borobudur
ReplyDeletekalau tidak salah pas perpisahan SD
udah 2x kesana tapi tetep pengen kesana lagi
ReplyDeleteternyata maksudnya itu sekarang dikasih sarung. Tapi saya juga setuju, gak ada pengawasan ketat. Bahkan bisa dibilang gak ada pengawasan sama sekali. Jaid yang gak pake sarung pun bisa masuk dan orang bisa bebas erbuat semaunya di candi :(
ReplyDeletehai mak... sy malah blm pernah ke borobudur,hi hi.. jdi klo ke borobudur hrs bawa payung ma topi ya dri rmh ^_^
ReplyDeletesampai hari ini aku belum pernah ke sana.. ah jadi pengennn XD
ReplyDeletepertama kali ke borobudur wkt sma, terakhir waktu kuliah tp cmn nongkrong di parkiran, soalnya sore2 dan hujan :(
ReplyDeletejadi inget waktu study tour pas smp kelas 8 :) kangen .. pengen kesana lagi .hehe
ReplyDeletePipit, saya juga udah lamaaaaaa sekali nggak kesini, kebayang ya gimana ramenya kalo pas musim liburan...
ReplyDeleteEhm, saran-sarannya diperhatikan deh, siapa tau dalam waktu dekat saya pergi kesana, trima kasiiiih!
:D
Saya sarankan kalo jalan kemanapun jangan pas libur lebaran pasti deh penuh sesak jadi tidak bisa menikmati wisatanya, soalnya saya sudah merasakan heh
ReplyDeleteTerimakasih Informasinya
ReplyDeleteI certainly thank you for writing this article well, hopefully it will become a reference in journals or other scientific writings and can help many people. thanks.
ReplyDeleteOf course, from the writing you write, there are things that still need to be explained in detail in order to be able to provide enlightenment and become a reference source for all who read.