Saya sudah menikah selama empat tahun tapi belum juga dikaruniai momongan. Tahun pertama usia pernikahan, saya masih santai dan selalu ngeles jika suami mengajak ke dokter kandungan. Omongan orang sekitar dan faktor usia sempat membuat saya stress. Akhirnya saya dan suami memulai petualangan agar saya bisa hamil.
#Tahun 2012
Usia pernikahan sudah memasuki tahun kedua. Saya yang saat itu masih bekerja terkadang malas jika diajak suami untuk bertemu dokter kandungan. Capeklah, maleslah, takutlah, lemburlah, pokoknya banyak banget alasan. Sumpah, kalau ketemu dokter saya paling malas dan takut padahal background saya dulunya kesehatan masyarakat. Akhirnya, demi mencari tahu penyebab belum mempunyai keturunan, saya beranikan diri ke RS Bunda.
Mengapa ke RS Bunda? Karena rumah saya di Depok lagi pula di RS tersebut ada klinik fertilitas atau morula. Jadi, pertimbangan saat itu jika berbagai cara tidak membuahkan hasil, kami akan mencoba bayi tabung sehingga kronologis kondisi pasutri bisa dirunut dari awal.
Sebelumnya saya googling mencari informasi dokter kandungan yang recommended. Kebanyakan sih cerita tentang dr. Shinta Utami, Sp.OG. Ihir, praktiknya juga ada di hari Sabtu. Oke, saya dan suami memutuskan bertemu dengan dokter Shinta pas hari Sabtu. Sebab, mengingat saat itu kami off pas weekend saja.
Olalaaaaaa ternyata pasien dokter Shinta banyak bangeeeet. Dalam hati, hhhmmmm dokternya laris nih, semoga aja kami cocok.
Pertama kali ketemu dr.Shinta sih orangnya casual ya, nyante, tapi cepet banget kalau ngomong. Pasien yang harus aktif bertanya. Oleh dr. Shinta, saya ditanya kronologisnya. Oia, siklus haid saya memang tidak teratur. Kadang panjang, kadang pendek. Kalau haid, saya juga kesakitan di hari pertama dan kedua. Kalau buat tidur sebentar, sakitnya berkurang.
Lalu saya di-USG, dicari penyebabnya siapa tahu ada kista di rahim. Alhamdulillah hasilnya baik. Rahim saya bersih tidak ada kista. Terus saya diberi cycloproginova. Ini obat untuk memperlancar siklus haid. Memang sih, haid saya jadi lancar, tapi kalau tidak minum obat tersebut haid saya amburadul lagi. Pada waktu minum obat tersebut, payudara kiri saya kencang dan sakit. Mungkin itu efek samping kali ya, sempat parno kalau obat itu bisa menyebabkan kanker payudara.
Sedangkan suami disuruh melakukan analisa sperma. Hal ini dilakukan karena infertilitas tidak serta merta faktor ibu yang menjadi biang permasalahan. Kata suami, setelah memasuki ruangan, diberi tontonan film-film biru supaya cepat keluar spermanya *hehe*. Dari hasil pemeriksaan ini, kondisi sperma suami saya bagus.
Konsultasi berikutnya karena belum ada hasil, saya diberi PR oleh dr. Shinta untuk tes yang banyak banget ada estrogen, progesteron, HSG, dll. Dari hasil lab, semuanya bagus kecuali hasil progesteron.Tes pengambilan hormon progesteron untuk mengetahui berapa kadar progesteron saya, karena hormon ini berperan banget buat bisa hamil. Tes progesteron dilakukan saat hari ke-21, dihitung dari hari pertama haid. Biaya tes progesteron di RS Bunda sekitar 350 ribu rupiah.
Saya kaget banget saat mengetahui hasil progesteron yang rendah buanget yakni cuma 0,05. sedangkan kalau mau hamil, kadar progesteron sekitar 9 ke atas. Widiw, lemes banget melihat hasil labnya. Saat itu rasanya pengen banget nagis dan membuang hasil lab. Eits, masih ada tes HSG lho.
Apa itu tes HSG?
Dikenal juga dengan histerosalpingografi atau uterosalpingografi *hadeeeehhh abaikan yang ini*, yakni pemeriksaan rontgen memakai cairan kontras yang dimasukkan ke rongga rahim dan saluran telur.
Apa tujuannya?
Tujuan utama tes HSG untuk mengetahui kondisi saluran telur dan mendeteksi apakah ada sumbatan atau tidak, serta letaknya pada saluran telur yang bisa menyebabkan infertilitas.
Kapan dilakukan?
Karena awam, waktu itu setelah tes progesteron saya tanya ke perawat kalau HSG dimana, dan diberi tau kalau HSG di bagian rontgen. Dengan langkah pasti saya dan suami ke bagian rontgen dan menunjukkan surat rekomendasi. Ternyata kami ditolak!! Karena tes HSG itu ada aturannya yakni dilakukan sesudah haid, antara hari ke-9 sampai ke-14 siklus haid. Tes ini tidak boleh dilakukan saat menstruasi dan beberapa kondisi diantaranya mengalami infeksi di saluran reproduksi atau di daerah panggul (pelvis) yang kronis, penyakit menular seksual, serta bila Anda baru menjalani operasi rahim atau saluran telur.
Kesempatan ini saya gunakan untuk bertanya lebih jauh tentang HSG kepada perawatnya. Dan yang membuat kami terkejut ternyata dokter bagian radiologi itu tidak semua bisa HSG dan dokter di RS Bunda yang bisa HSG (waktu itu lho ya) ternyata cowok. Jujur, saya kurang sreg kalau periksa masalah kandungan ke dokter cowok.
Lalu, saat itu juga kami menelpon RS lain. Pilihan pertama, RS Hermina Depok, dengan alasan faktor biaya siapa tau lebih murah. Ternyata RS Hermina Depok tidak ada alat HSG *kecewa kirain lengkap*. Akhirnya saya menelpon RS Mitra Keluarga Depok. Alhamdulillah RSMK bisa HSG dan ada dokter ceweknya *lega*. Kami lalu ke sana dan membuat perjanjian untuk HSG. Biaya tes HSG di RSMK saat itu sekitar satu juta rupiah.
Kalau teman-teman mengalami hal seperti saya, ada baiknya bertanya lebih banyak kepada perawat, masalah prosesnya, biayanya, dokternya, dan kalau oke, bisa langsung membuat perjanjian.
Bagaimana cara pemeriksaannya?
Tes HSG dilakukan di bagian radiologi. Setelah mengganti baju dengan baju pemeriksaan dan melepaskan perhiasan, saya diberi semacam obat yang dimasukkan ke anus. Beberapa menit kemudian saya dipanggil. Mulailah drama ini dimulai. OMG, suami saya nggak boleh masuk. Saya diminta berbaring dengan kedua paha terbuka (posisi litotomi) lalu dokter radiologi memasukkan semacam cairan ke vagina sehingga mulut rahim terlihat, lalu kateter dimasukkan ke mulut rahim melalui rongga rahim. Cairan kontras disuntikkan ke dalam rahim melalui kateter dan spekulum dikeluarkan.
Rasanya tuh sakiiit banget waktu cairan tersebut dimasukkan. Karena kesakitan dan takut, saya tegang jadinya dokter nggak bisa ngambil foto bagian dalam rahim. Lamaaaa banget, sekitar satu jam mungkin ada. Nah, berhasilnya itu lucu. Jadi waktu itu ada anak kecil cowok sekitar sepuluh tahunan, anak susternya, ceritanya dia dan papanya menjemput suster tersebut. Karena lepas pengawasan, anak tersebut masuk ke ruang rontgen, tempat saya berdrama dengan dokter dan suster. Kontan saja, mama anak tersebut kaget dan teriak. Hal ini membuat saya kaget dan rileks, eeeee malah bisa masuk tuh cairan dan bisa difoto.
Karena waktu itu sudah malam, hasil HSG saya ambil keesokan harinya. Alhamdulillah hasil HSG saya baik dan normal *legaaa drama terbayar*.
Setelah PR dr. Shinta dikerjakan semua, saya lanjutkan konsultasi. Melihat hasil yang ada, beliau menyimpulkan kalau hormon progesteron saya terlalu rendah. Dokter bilang kalau semua cara nggak bisa semua ya injeksi. Nah, mendengar kata 'injeksi' di pikiran saya berarti suntik hormon. Haduuuuhhh, saya nggak mau. Kalau bisa, saya menghindari hal itu. Sejak saat itu, saya nggak mau ketemu dokter lagi dan takut banget kalau dokter lain beropini sama. Kemudian saya dan suami pergi ke pengobatan alternatif. Lanjutkan ceritanya di sini ya..
semoga mbak p123tz cepet diberi momongan dalam waktu ini ya :-)
ReplyDeleteamiin....
Aamiin, terimakasih doanya..
ReplyDeleteSdh cb ikhtiar dgn produk moment mb, itu produk berbahan alami..bbrp yg mencoba alhamdulillah berhasil dgn izin Allah krn produk tersebut m'perbaiki hormon2 d dalam tubuh. Jk berminat bs invite 7F334D81.
ReplyDeletesemoga lekas bisa hamil ya mba.. aamiinn...
ReplyDeleteSemoga lekas hamil ya, mba. Ikhtiar lahir boleh, tapi ikhtiar batin juga perlu. Banyakin shaum dan sedekah, mba. Insya Allah lancar promilnya. Ada temen yang seperti itu setelah nunggu 4 tahun. sekarang udah lahir anaknya. :)
ReplyDeletemba Pipit, saya juga lagi promil di RS Bunda Depok dengan Dr Myra Mirnawati. Kemarin saya baru saja tes hormon, HSG & Analisa Sperma untuk suami, untuk hasilnya kita berdua tidak masalah tapi mengingat umur kita sudah agak tuwir jadi ada niatan untuk inseminasi tapi kira2 berapa ya total biaya yang dibutuhkan untk 1 kali inseminasi. Mudah2an mba pipit bisa kasih info untuk saya, Insya Allah semoga apa yang kita harapkan dikabulkan Allah SWT. Tq
ReplyDeleteHalo Mba Sri, salam kenal.
DeleteSaya sudah sharing inseminasi di sini.
http://www.pipitwidya.com/2014/09/tahapan-inseminasi.html
Aamiin, utk doanya.
TErima kasihhhhh nice post
ReplyDeleteSemoga cepet hamil mbakkk..... jangan pantang menyerah
ReplyDeleteAmin ka Yoekaa.. Bener mba pipit, semoga cepat hamil ^^
DeleteKehamilan adalah saat-saat yang ditunggu oleh setiap pasangan, pasti bahagia banget ya. Semoga Allah swt memudahkan segala upaya kita dan menganugerahkan keturunan yang shalih-shalihat
ReplyDeleteaku lanjut baca ke halaman selannjutnya ya mbak, hehehe
ReplyDeletesalam,
ara
saran dan informasi yg tepat semoga istri saya cepat hamil
ReplyDeleteAbangku sama istrinya juga lagi ikhtiar :3
ReplyDeleteSalam,
Pink
thanks for sharing. However want to statement on few common issues, The
ReplyDeletewebsite taste is great, the articles is in point of fact excellent.